Artikel
Sosialisasi Budidaya Maggot: Solusi Inovatif Pengelolaan Sampah Organik di Desa Karekan
Banjarnegara – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) menggelar kegiatan sosialisasi budidaya ulat maggot di dua titik wilayah, yakni RT 03 RW 02 Desa Karekan dan Dusun Kauripan, Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara. Kegiatan ini dirancang sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat tentang pengelolaan limbah organik rumah tangga secara mandiri dan pemanfaatannya untuk mendukung ekonomi lokal.
Edukasi Berbasis Potensi Lingkungan
Kegiatan sosialisasi dilaksanakan di rumah salah satu tokoh masyarakat setempat dan dihadiri oleh warga dari kedua wilayah sasaran, yang mayoritas berprofesi sebagai ibu rumah tangga, peternak, dan pegiat lingkungan desa. Sosialisasi difasilitasi langsung oleh mahasiswa KKN yang sebelumnya telah mendapatkan pembekalan mengenai teknik budidaya maggot berbasis Black Soldier Fly (BSF) dan pengelolaan sampah berbasis rumah tangga.
Dalam sesi penyampaian materi, mahasiswa KKN memaparkan bahwa maggot atau larva dari lalat BSF memiliki kemampuan luar biasa dalam mengurai limbah organik rumah tangga seperti sisa sayuran, buah-buahan, dan nasi basi. Keunggulan utama maggot adalah kemampuannya sebagai agen pengurai alami sekaligus sumber pakan alternatif untuk unggas dan ikan karena kandungan proteinnya yang tinggi dan biaya produksinya yang rendah.
Praktik Langsung dan Antusiasme Warga
Usai sesi pemaparan, kegiatan dilanjutkan dengan praktek langsung pembuatan media pembiakan maggot. Warga diperlihatkan cara sederhana memanfaatkan ember bekas, dedek, dan sisa makanan atau limbah dapur sebagai media pemeliharaan maggot. Antusiasme warga tampak jelas dari keaktifan mereka dalam berdiskusi dan merencanakan kemungkinan implementasi budidaya maggot secara mandiri di lingkungan rumah.
Menurut ketua RT setempat, ”inisiatif ini sangat relevan dengan kondisi desa yang memiliki potensi limbah rumah tangga namun belum dikelola secara maksimal”. Diharapkan ke depan, warga bisa menerapkan sistem pengelolaan sampah mandiri berbasis maggot sekaligus menciptakan peluang usaha mikro.
Kegiatan ini selaras dengan prinsip ABCD (Asset-Based Community Development), di mana masyarakat digerakkan berdasarkan potensi lokal, serta mendukung implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya dalam aspek pengabdian kepada masyarakat dan penerapan ilmu pengetahuan yang bermanfaat langsung.